Durian lokal yang Mantab jauh lebih unggul dari durian Import
DURIAN BHINNEKA BAWOR termasuk dalam jenis tanaman buah-buahan yang kualitas dan mutunya baik sehingga tanaman ini menjadi unggulan dari bibit tanaman durian. Untuk saat ini mungkin masih jarang yang tau dengan bibit tanaman durian ini di karenakan masih tergolong baru serta karena tingginya harga bibit tersebut.
Tingginya harga bibit DURIAN BHINNEKA BAWOR sesuian dengan barang yang di hasilkan serta mutu barang tersebut, karena bibit durian bhinneka bawor di hasilkan dari berbagai macam jenis sepesies durian di jadikan menjadi 1 batang dengan batang pokoknya bibit durian montong, dari spesies-spesies yang lain di carikan bibit durian lokal yang mutu nya bagus.
Durian Bawor Berkaki Empat merupakan durian montong orange yang memiliki batang yang di sambung langsung dengan tanaman durian lain yang menjadi ”kaki baru” dengan berbagai macam tujuan, yang salah satunya adalah untuk menambah cepat pertumbuhan tanaman ,karena serapan unsur hara yang lebih banyak.
KEUNGGULAN DURIAN BAWOR BERKAKI EMPAT
1. Cocok di tanam di dataran rendah (6-600mdpl)
2. Tidak mudah roboh karena tambahan kaki baru yang jumlahnya ada 4 kaki
3. Buah berasal dari induk karena berasal dari bibit vegetative
4. Memiliki nilai seni dan terlihat menawan tajuknya
5. Bisa sebagai tanaman pencegah banjir, karena memiliki akar tunggang yang banyak dan kuat.
6. Mencegah tanah longsor/erosi
7. Mempertahankan cadangan muka air
8. Sebagai Langkah Usaha penyelamatan lingkungan terhadap pengaruh iklim global.
Berikut Sejarah Pak Sarno selaku penemu dari jenis variant durian Bawor ini:
Instingnya terhadap durian begitu kuat. Cukup melihat bijinya, ia tahu jenis durian itu. Pengalamannya semasa kecil menemani sang ayah mencari durian hingga ke pelosok desa membuat Sarno Ahmad Darsono terobsesi pada durian. Ia lalu "menciptakan" pohon durian bhineka bawor, hasil okulasi 20 jenis durian varietas lokal dan luar. "Begitu banyak jenis durian di negeri ini, kenapa kita kalah dari Thaiand?" pikirnya.
Permenungan itu menantang Sarno, petani durian dari Desa Alasmalang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten banyumas, Jawa Tengah, untuk mendapatkan kelebihan dan peningkatan produktivitas durian.
tahun 1996 ia berkeyakinan, pohon durian yang sebelumnya baru berbuah setelah berusia delapan tahun dapat dipersingkat menjadi empat tahun dengan okulasi.
Tetapi, ketika itu dia juga tak pernah berhenti berpikir, apakah okulasi adalah cara yang paling tepat? Sementara itu, ingatannya selalu kembali pada masa kecil, saat ia berjalan dari kebun satu ke kebun yang lain untuk mendapatkan buah durian berkualitas baik.
Pada usia tujuh tahun, Sarno sudah mampu membedakan durian berdasarkan jenisnya. Dengan memegang dan menimbangnya, ia tahu durian yang ada di tangannya telah matang atau belum, berkulit tebal atau tipis.
Ketajaman penciuman ikut membantu dia memilah durian yang puket (manis, berlemak, dan beralkohol) atau bukan. Dalam ingatan, dia menyimpan koleksi durian apa saja yang berkualitas baik. Sebut misalnya durian petruk, sunan, dan kuningmas. Kepekaannya itu telah membantu sang ayah mengumpulkan durian, dan menjualnya di pasar-pasar di Banyumas.
Namun, Sarno pun menyadari bahwa kepekaannya pada durian itu tak bisa menjawab pertanyaan yang selalu muncul di kepalanya, mengapa kita kalah dari Thailand? Ia lantas berusaha mendapatkan jawabnya, antara lain lewat buku-buku pertanian.
"Setelah memperoleh bahan informasi yang cukup, saya yakin okulasi bisa meningkatkan produktivitas durian," ucapnya.
Meskipun demikian, ia tak melakukan okulasi hanya pada dua pohon durian yang berbeda jenis. Pada percobaan pertama, Sarno langsung mencoba mengokulasi pohon durian montong oranye dengan 20 jenis durian lokal, seperti sunan, petruk, otong, cinimang, kereng, kuningmas, oneng, bluwuk, dan kumbakarna.
Dalam percobaannya itu, ia membagi pohon primer, sekunder, dan tersier. Pohon durian montong oranye dijadikan pohon primer. Tubuh pohon itu dilukai pada beberapa bagian untuk menempelkan 10 tunas pohon durian lokal berkualitas baik, seperti petruk, kuningmas, dan kumbakarna, yang menjadi pohon sekunder.
Setelah berselang tiga-empat bulan, okulasi pohon primer dengan sekunder mulai melekat. Sarno lalu mencoba membuat okulasi lagi pada pohon-pohon sekunder, dengan melukai pohon-pohon itu untuk menempelkan pohon durian lokal berkualitas sedang sebagai pohon tersier.
banyaknya pohon durian yang digunakan untuk okulasi membuat pohon primernya tumbuh menyerupai pohon bakau yang akarnya mencuat dari tanah.
Menurut Sarno, tingkatan pada okulasi itu berguna untuk menjamin ketersediaan makanan yang lebih banyak untuk pohon primer. Adapun fungsi pohon sekunder adalah memengaruhi kualitas buah yang dihasilkan pohon primer.
Empat tahun kemudian atau tepatnya akhir tahun 2000, pohon hasil percobaannya sudah menghasilkan 30-40 buah durian montong oranye yang berbeda dari aslinya. Kulitnya tiis, daging lebih tebal, warna daging buah lebih merah seperti durian kuningmas, rasa lebih puket, dan beralkohol seperti durian petruk. Ukurannya sebesar durian kumbakarna dengan berat bisa lebih dari 10 kilogram.
Itulah alasan saya mengapa mencoba untuk menanam pohon ini di halaman ruamah. Semoga dari satu bibit ini bisa sedikit mengurangi panasnya cuaca disekitar kotaku. Selain itu tentu saja mengharapkan bisa memetik buah durian unggul di halaman rumah sendiri......WOW.. Alangkah indahnya dunia hehehe...
Dengan investasi kurang dari 1jt dapatkan Omzet setelah 3tahun, sekali panen 20jt lebih, bagaimana prosesnya????
Berikut Alur Proses nya :
Cukup Investasi 2 Bibit Durian Bawor harga (150-200rb) x 2 = Rp. 300.000,- – Rp. 400.000,-
Pupuk Kandang, Pupuk Organik kualitas tinggi dari PT. NASA (Glio, POC Nasa, Super Nasa, Power Nutrition, Hormonik) kurang lebih Rp. 500.000,-
Hasil Panen Pertama dan Penjualan :
1 Pohon menghasilkan rata-rata 30buah (bisa lebih) x 2 = 60buah
perbuah durian dijual per Kgnya Rp. 20.000,- (ukuran standart 6Kg) jika ukuran bisa mencapai 12-15kg per 1 buah durian bisa dijual kisaran Rp. 150.000,- – Rp. 200.000,-
Rp. 20.000 x 6Kg x 30buah x 2pohon = Rp. 7.200.000,-
Sedangkan Durian Bawor ini dalam setahun bisa panen sampai 3x. Jadi pendapatan Anda dalam 1 tahunnya kurang lebih Rp. 7.200.000 x 3 kali masa panen = Rp. 21.600.000,- (nilai yang fantastis bukan?)